Halo! Akhirnya selama 40 hari kita berpantang dan berpuasa, Paskah pun tiba. Apakah pembaca di sini melakukan pantang puasanya bolong-bolong atau tidak? Jika rutin pantang puasa, maka puji Tuhan, akan tetapi jika tidak atau mungkin tidak sama sekali, maka juga tidak apa-apa, semoga di tahun depan pembaca bisa mulai latihan dan lebih giat lagi dalam menjalankan rutinitas pantang puasanya ya. Pantang dan puasa seperti yang kita ketahui adalah sarana kita, umat Katolik, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, bentuk perkabungan dan penyesalan kita terhadap dosa-dosa yang telah kita perbuat dan belajar untuk meredam keinginan daging. Setelah melewati masa perkabungan, kita merayakan kemenangan bersama Kristus yang telah bangkit. Nah sekarang, yuk kita cari tahu apa itu Paskah!
Pengertian Paskah
Dalam buku berjudul ” Ancient Israel ” vol.2 yang ditulis oleh Roland de Vaux, pengertian Paskah atau Passover dalam bahasa Inggris, berasal dari kata Ibrani: Pesah . Pesah (psh) memiliki arti “timpang/ melangkahi/ melewati”, hal ini erat kaitannya dengan peristiwa Allah menjatuhkan tulah terakhir pada bangsa Mesir dan melangkahi/ melewati rumah yang menjalankan persyaratan Paskah (Kel. 12:13, 23, 27).
Sebelum Kitab Suci mengadaptasi kata pesah , sebenarnya penggunaan kata ini sudah ada pada zaman sebelum perbudakan bangsa Israel di tanah Mesir. Pesah merupakan sebuah perayaan yang dirayakan oleh para gembala pada saat itu dengan mengurbankan hewan muda sebagai harapan agar kawanan hewan mereka bertumbuh subur. Kemudian perayaan pesah digabungkan dengan perayaan Roti tidak beragi yang dilakukan bangsa Israel ketika masuk ke tanah Kanaan. Paskah dan hari raya Roti tidak beragi (Kel. 23:15; 34:18; Ul. 16:3) merupakan perayaan mengingat dibebaskannya bangsa Israel dari tanah Mesir.
Hari Raya Paskah dan Kristus
Hari raya Paskah yang sudah digabungkan dirayakan pada saat musim semi, sebagaimana perayaan pesah sebelumnya. Perayaan ini dilakukan dengan menetapkan masa bulan purnama dan dirayakan selama tujuh hari (Im. 23:5-8). Paskah Yahudi dan hari raya Roti tidak beragi yang berlangsung selama tujuh hari ini kemudian erat kaitannya dengan peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus yang terjadi pada jangka waktu tersebut. Kebangkitan Tuhan Yesus yang bertepatan dengan hari pertama minggu, setelah hari Sabat berakhir, menjadi puncak penggenapan dan juga menyempurnakan makna perayaan Paskah yang dilakukan umat Yahudi sebelumnya. Oleh karena peristiwa ini juga, Gereja perdana menetapkan hari Minggu sebagai harinya Tuhan.
KGK 2174. Yesus telah bangkit dari antara oang mati pada “hari pertama minggu itu” (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1). Sebagai “hari pertama”, hari kebangkitan Kristus mengingatkan kita akan penciptaan pertama. Sebagai “hari kedelapan” sesudah hari Sabat Bdk. Mrk 16:1; Mat 28:1, ia menunjuk kepada ciptaan baru yang datang dengan kebangkitan Kristus. Bagi warga Kristen, ia telah menjadi hari segala hari, pesta segala pesta, “hari Tuhan” [ he kyriake hemera, dies dominica ], “hari Minggu”.
“Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus. Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini” (Yustinus, apol. 1,67).
Demikian sekilas informasi mengenai hari raya Paskah. Semoga kita semua selalu bertekun dalam iman, dan menantikan saat dimana Tuhan akan menghantar umat-Nya mencapai kehidupan kekal di Tanah Terjanji.
Selamat merayakan Paskah! Happy Passover!