Keluar dari Zona Nyaman, Pementasan Libatkan Berbagai Kawanan

Produksi tahunan ke-8 Teater Ulat melibatkan 124 orang dari berbagai kalangan

Pada tanggal 18 November 2017, Teater Ulat kembali menggelar pertujukan besar tahunan. Sama seperti  pementasan bertajuk DEMOKRASI tahun 2016, pementasan kali ini diadakan di luar lingkungan gereja sebagai salah satu misi Teater Ulat untuk lebih 'Go Public' dalam segi perwataan dan eksistensi. Untuk mendukung tujuan tersebut, maka pementasan kali inipun menggarap naskah yang sudah dimainkan di berbagai belahan dunia -  LES MISERABLES.

Les Miserables pastinya terdengar familiar di telinga banyak orang. Selain memang merupakan novel legendaris yang laris di jamannya, belakangan karya Victor Hugo ini kembali menjadi sorotan karena diadaptasi menjadi pementasan broadway serta film layar lebar yang dibintangi oleh aktor terkenal Hugh Jackman. Les Miserables merupakan sebuah karya fiksi historikal dengan sedikit unsur kristiani dan kritik politik, sehingga dinilai mampu menjadi salah satu bentuk pewartaan sebuah teater berbasis gereja.

Pementasan besar ke 8 ini diadakan di tempat yang cukup bergengsi, yakni Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail yang terletak di daerah Kuningan Jakarta Pusat. Seluruh kapasitas aula pertunjukan sebanyak 500 kursi benar-benar dimaksimalkan dengan habisnya seluruh tiket yang dijual. Meskipun sebagian besar penonton masih merupakan kalangan umat gereja, namun terjadi peningkatan jumlah untuk penonton umum dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 

Manajer projek Hendra Lim mengatakan, hal ini dikarenakan produksi kali ini melibatkan beberapa organisasi sekaligus, yang membantu segi promosi dan publikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Bilamana pada pementasan-pementasan sebelumnya tim produksi hanya melibatkan anggota teater Ulat sendiri, pada kesempatan kali ini melibatkan pemain dari teater lain seperti Vanella School of Possibilites dan Teater Katak yang memang memiliki hubungan baik dengan Teater Ulat. Untuk musik, Teater Ulat mempercayakannya pada Glorificamus Te.

Di belakang panggung, relawan dari berbagai kelompok juga membantu: Mulai dari bantuan dari kelompok kategorial lainnya, Tim Mahasiswa Marketing Communication dari Universitas Prasetya Mulya yang membantu promosi di sosial media, serta Tim Fotografer yang merupakan gabungan alumni dan pelajar Universitas Multimedia Nusantara. Tak lupa juga, Sekolah Dasar Santo Andreas turut menyumbangkan talenta pemain dan penari dalam produksi kali ini. Alhasil, produksi ini melibatkan lebih dari 124 orang dari berbagai kalangan.

Untuk membekali para pemain yang berasal dari berbagai latar belakang ini, Teater Ulat sebelumnya juga telah mengadakan seminar teater pada bulan September yang menghadirkan tiga pelatih ternama: Allen Buntara dari Teater Koma, Alexander Gunawan yang beberapa kali menjadi sutradara tablo Gereja St. Andreas, serta Vladimir Ivan yang sekaligus menjadi sutradara dalam pementasan kali ini.

Meskipun pementasan ini berujung pada defisit dana, namun pengurus Teater Ulat tetap senang dan positif ketika melihat hasil akhir produksi. Seorang penonton setia Teater Ulat, Gabriela Agnes Nathania, mengatakan bahwa pementasan kali ini melebihi ekspektasinya dan bahkan lebih bagus daripada pementasan keenam bertajuk EKSEKUSI dua tahun sebelumnya. Matthew Timothy dari Tim Dokumentasi juga menyatakan minatnya untuk kembali membantu produksi selanjutnya: “Baru pertama kali bantu. Seru juga. Tolong diberitahu kalau ada kesempatan lagi.”

“Tahun depan belum tahu mau pentas apa, tapi pastinya akan lebih baik lagi dari segala sisi” - Vincent Mancahaya selaku ketua Teater Ulat berkomentar ketika ditanya perihal rencana Teater Ulat untuk selanjutnya. “Kita terus menerus memperluas jangkauan pewartaan, serta memberikan pengalaman baru bagi mereka yang mau mengembangkan talenta terutama di seni peran. Melalui pentas kedelapan ini, Puji Tuhan hal tersebut sudah tercapai.”

 

Go to top