Katarina hidup pada abad ke 4 dan berasal dari Alexandria, Mesir. Ia adalah putri bangsawan dan memutuskan menjadi pengikut Kristus pada usia 14 tahun. Kemudian, diusia 18 tahun, terjadilah penganiyaan terhadap pengikut Kristus yang dipimpin oleh Kaisar Maxentius. Dengan gagah berani, Katarina menghadap ke kaisar dan ia mengatakan bahwa penyembahan berhala adalah bohong. Katarina berhasil membuktikan perkataannya tersebut. Lalu, kaisar mengundang 50 filsafat terbaik untuk melawan pernyataan Katarina.
Namun sekali lagi, Katarina memenangkan perdebatan itu dan 50 filsafat itu pun menyetujui pernyataan Katarina bahwa Kristus adalah Tuhan. Kaisar Maxentius sangat marah sehingga ia meminta agar 50 filsafat itu dibunuh. Disisi lain, Kaisar Maxentius diam-diam terpesona dengan kecantikan Katarina dan menjanjikannya mahkota ratu. Tetapi, Katarina dengan tegas menolak tawaran tersebut, karena baginya hanya Yesus mempelai suaminya dan ia sudah mempersembahkan kesuciannya hanya bagi Yesus.
Kaisar Maxentius sangat marah dan kecewa atas penolakan tersebut. Lalu, ia memerintahkan pengawalnya agar Katarina dicambuk dan dipenjarakan. Selama dalam penjara, banyak orang mengunjunginya, termasuk istri Kaisar Maxentius. Mereka datang hanya untuk mendengarkan Katarina berbicara. Sebagian besar dari mereka akhirnya bertobat dan menjadi martir.
Akhirnya pada tahun 305, Katarina dihukum mati dengan cara digilas dengan roda berduri. Secara ajaib, roda berduri itu pecah hancur berantakan. Namun, Katarina pun menemui ajalnya dengan cara dipenggal kepalanya.
Masyarakat Kristen Perdana dari Timur Tengah meyakini bahwa jenazah Katarina dibawa ke Gunung Sinai. Pada abad ke 6, Kaisar Yustinus mendirikan sebuah biara yang indah bernama Biara Santa Katarina di Gunung Sinai.
Gereja utama biara ini dibangun antara tahun 548 sampai tahun 565, dan biara ini menjadi situs ziarah terutama bagi pemeluk Kristen Timur dan Barat.
Biara Santa Katarina dapat bertahan sampai hari ini, dan merupakan warisan seni dan arsitektur dari kebudayaan Kristen perdana.