Yosefine Bakhita lahir sekitar tahun 1869 di Sudan Barat, kota Darfur, Afrika. Ayahnya adalah saudara laki-laki dari kepala suku setempat. Di usia 12 tahun, Yosefine diculik oleh pedagang budak Arab. Lalu, ia dijual di pasar budak El Obeid dan Khartoum, Afrika Utara sampai 5 kali. Karena trauma yang dialami, ia sampai lupa akan nama aslinya. Yosefine adalah nama baptis yang dipakai saat dewasa dan Bakhita adalah nama pemberian oleh para penculiknya yang berarti “beruntung” dalam bahasa Arab.
Kehidupan Yosefine mengalami perubahan yang drastis, ketika ia dibeli oleh seorang diplomat Italia. Disana ia diperlakukan dengan baik dan penuh cinta kasih. Yosefine berkerja sebagai pengasuh putri majikannya.
Sekitar tahun 1888-1889, majikannya harus pergi ke luar negeri untuk waktu yang cukup lama. Yosefine dititipkan dibawah asuhan Suster Canossian bersama putri majikannya. Lalu, pada tahun 1890 Yosefine pun akhirnya dibaptis Katolik. Ketika majikannya kembali untuk menjemput putrinya dan Yosefine, Yosefine pun memilih untuk tidak ikut serta pulang bersama majikannya tersebut. Setelah melalui proses hukum, pengadilan Italia menyatakan Yosefine sebagai wanita merdeka karena di Italia tidak mengakui perbudakan.
Kemudian, ditanggal 8 Desember 1896, Yosefine mengikrarkan kaul kekal bersama dengan para suster lainnya. Ditahun 1902 ia diutus ke sebuah biara di Schio, provinsi Vincenza, Italia Utara. Disana ia melayani sebagai penjaga pintu dan menyapa masyarakat setempat setiap hari. Yosefine dikenal karena kelembutan dan senyumnya yang selalu ditampilkan dengan penuh kasih.
Karisma Yosefine diakui oleh petinggi ordo, sehingga ia diminta untuk menuliskan kisah hidupnya dan menceritakan pengalamannya. Setelah biografinya diterbitkan, Yosefine menjadi seorang pembicara terkenal. Dengan karunia dan pengalamannya, ia bisa mengumpulkan dana untuk ordonya. Kemudian, pada tahun 1935-1938, ia diutus untuk melatih para suster yang akan ditugaskan melayani di Afrika.
Pada akhir masa hidupnya Yosefine pun jatuh sakit. Ia kembali teringat akan masa-masa kelam yang dialaminya dan ia menangis untuk meminta tolong seseorang untuk melepaskan rantainya. Kata terakhir yang diucapkannya adalah, “Bunda Maria! Bunda Maria!” dan ia pun menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 8 Februari 1947.
Setelah kematiannya, proses kanonisasinya dimulai pada tahun 1959 dan pada tanggal 1 Oktober 2000, Paus Yohanes Paulus II memberinya gelar Santa Yosefine Bakhita.