Ambrosius lahir sekitar tahun 339 di Trier, Gaul Selatan (Jerman). Ayahnya adalah seorang gubernur Romawi di Gallia Narbonensis dan ibunya adalah seorang Kristen yang saleh. Sewaktu ia masih kecil, sekelompok lebah hinggap di wajahnya dan meneteskan madu dalam mulutnya. Ayahnya percaya, suatu hari Ambrosius akan menjadi seorang yang pandai berbicara.
Kemudian, Ambrosius bersekolah di Roma mengambil bidang sastra, hukum dan retorika. Karena kepandaiannya, ia diangkat menjadi dewan kota Liguria dan Emilia yang berkedudukan di kota Milan pada tahun 372. Saat itu Milan merupakan ibu kota Romawi dan di Roma, sehingga Ambrosius dikenal sebagai administrator dan politikus yang luar biasa.
Walaupun saat itu terjadi perpecahan 2 golongan antara Kristen Trinitarian dan bidaah Arian, Ambrosius tetap dihormati oleh kedua golongan tersebut dan ia tetap pada imannya setia serta percaya kepada Yesus Kristus. Ketika Uskup Auxentius meninggal dunia, terjadilah perdebatan sengit dalam pemilihan uskup yang baru. Mendengar hal tersebut, Ambrosius secara pribadi datang ke basilika ke tempat pemilihan itu berlangsung untuk mencegah kerusuhan yang terjadi. Ditengah pidatonya, orang banyak berseru agar Ambrosius diangkat menjadi uskup Milan yang baru. Awalnya Ambrosius menolaknya karena ia merasa belum siap dan ia bukan seorang imam yang mempelajari teologi. Namun, karena desakan orang banyak, akhirnya Ambrosius dengan besar hati menerima posisi jabatan yang baru sebagai Uskup Milan.
Sebagai seorang uskup, Ambrosius menjalani cara hidup pertapa dengan melakukan matiraga yang keras. Ia menjual segala harta miliknya untuk menolong orang miskin dan tanah yang luas diserahkan kepada gereja. Sebagian kecil dari hartanya ia berikan kepada saudarinya yang bernama Santa Marselina.
Uskup Ambrosius menjadi teladan bapa yang mengagumkan. Ia melawan segala kejahatan dengan keberanian, termasuk melawan ajaran sesat bidaah Arianisme. Selain itu, Uskup Ambrosius tidak pernah melupakan tugas utamanya sebagai pelayan iman bagi umatnya. Ia melayani semua orang dengan penuh kasih; baik dari golongan petani miskin maupun dari keluarga bangsawan yang kaya raya. Baginya semua orang adalah sama dimata Tuhan.
Ketika Ambrosius jatuh sakit, orang-orang mendoakannya agar ia berumur panjang. Lalu Ambrosius berkata, “Aku tidak berlaku sedemikian rupa di antara kalian sehingga aku merasa malu untuk hidup lebih lama, namun demikian aku juga tidak takut mati, karena kita mempunyai Tuhan yang baik.” Ambrosius pun meninggal dunia 4 April 397 di Milan, Italia. Tubuhnya yang masih utuh (incorrupt body) disemayamkan di Basilica of Milan. Karena semua jasa-jasanya yang luar biasa pada abad ke 4, Ambrosius dianggap sebagai Doktor Gereja Barat dalam sejarah gereja kuno.