Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Santo Carlo Acutis, Pengaku Iman (12 Oktober)

Carlo Acutis Lebanon on Instagram: “@beatocarloacutisufficiale Let ...

Carlo Acutis lahir pada tanggal 3 Mei 1991 di London, Inggris. Ayahnya bernama Andrea Acutis dan ibunya bernama Antonia Salzano. Carlo dibaptis di Gereja Our Lady of Dolours, Chelsea, Inggris. Lalu, Carlo beserta kedua orang tuanya pindah ke Milan, Italia pada bulan September 1991. Sejak masih kecil, Carlo dikenal sudah rajin mengikuti misa harian, berdoa Rosario dan peduli pada sesama, terutama kepada anak-anak korban perundungan dan tunawisma. Carlo memberi bantuan kepada mereka lewat makanan dan kantong tidur.

Karena orangtuanya bekerja dalam bisnis keluarga, maka sejak kecil Carlo sudah dititipkan di penitipan anak dan diasuh oleh para pengasuh anak. Sampai suatu hari, seorang pengasuh anak berkebangsaan Polandia menganggap Carlo adalah seorang anak yang terlalu baik ketika ia sedang diganggu oleh teman-temannya, terutama ketika mainannya dirampas. Pengasuh itu mengajari Carlo tentang batasan, agar anak-anak lain tidak mengambil mainannya begitu saja. Namun, Carlo menjawab, “Tuhan tidak senang jika saya kehilangan kesabaran.” 

Carlo bersekolah di sekolah dasar pada bulan September 1997 di Institut San Carlo, Milan. Akan tetapi, karena lokasinya jauh dari rumahnya, maka 3 bulan kemudian, Carlo pindah ke Institut Marcelline Tommaseo yang dikelola oleh Suster-Suster Santa Marselina. Pada tanggal 16 Juni 1998, tepat diusianya yang ke 7 tahun, Carlo menerima Komuni Pertama di Biara Sant’Ambrogio ad Nemus, Milan. Sejak itu, tak hanya terima Komuni secara rutin, Carlo juga rajin menghadiri Adorasi Ekaristi. Kemudian, ditanggal 24 Mei 2003, Carlo menerima Sakramen Penguatan di Gereja Santa Maria Segreta, Milan.

Blessed Carlo: The First Millennial Saint? - Issuu

Diusia ke 12 tahun, Carlo menjadi seorang katekis di parokinya, Gereja Santa Maria Sagreta. Pastor parokinya berkata bahwa, Carlo adalah seorang pemuda yang ingin belajar lebih mencintai Tuhan, orangtuanya, teman-teman sekelasnya, bahkan mencintai mereka yang tidak menyukainya. Ia ingin mendidik dirinya sendiri di sekolah, terutama dalam ilmu komputer. 

Tak hanya itu, Carlo juga mempunyai minat terhadap cerita orang-orang kudus. Ia juga sering berdoa kepada malaikat pelindungnya dan mempunyai devosi khusus kepada Malaikat Agung, Malaikat Mikael. Disisi lain, Carlo juga suka bermain game video dan waktu ia bermain selalu dibatasi oleh ibunya untuk menghindarinya dari kecanduan. Namun, orang-orang sekitarnya, bisa melihat keterampilan Carlo dalam memakai komputer dan internet. Dengan kealihannya juga, Carlo sering membantu orang-orang yang mengalami masalah-masalah teknis. 

Maka, diusia 14 tahun, pastor parokinya meminta bantuan Carlo untuk membuat website paroki yang digunakan untuk mempromosikan kegiatan sukarela. Namun, Carlo juga menggunakan website itu untuk mengumpulkan mujizat-mujizat Ekaristi dari seluruh dunia dan memasukkan kisah-kisah penampakan Bunda Maria yang sudah diakui oleh Gereja Katolik. 

Kemudian, Carlo melanjutkan sekolah menengah atas yaitu Institut Yesuit Leone XIII. Walaupun, Carlo hanya murid biasa, ia suka membaca dan suka memperdalam bidang lain secara otodidak, seperti ilmu komputer dan belajar alat musik saksofon. 

Catholic Prayers, Catholic Saints, Roman Catholic, Worship Wallpaper ...

Sementara itu, Carlo secara resmi meluncurkan websitenya tersebut pada tahun 2004. Tetapi, karena Carlo dirawat di rumah sakit, maka ia tidak bisa menghadiri pameran perdananya di Basilika Santo Ambrosius dan Karolus di Corso, Roma, Italia. Pamerannya ini juga diadakan di sekolah menengahnya. 

Pada tanggal 1 Oktober 2006, Carlo menderita radang tenggorokkan dan dokter mendiagnosanya juga menderita parotitis, serta dehidrasi. Keadaan Carlo semakin memburuk dengan adanya darah dalam urine. Akibatnya, pada hari Minggu, 8 Oktober 2006 kondisi Carlo yang sudah sangat lemah, dan dibawa ke klinik spesialis penyakit darah. Dari sana, Carlo diketahui menderita penyakit leukemia promielositik akut. Lalu, Carlo dipindahkan ke Rumah Sakit San Gerardo, Milan Utara. 

Saat Carlo menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit, ia persembahkan sakitnya kepada Paus Benediktus XVI dan berkata, “Saya mempersembahkan kepada Tuhan penderitaan yang harus saya tanggung untuk Paus dan untuk Gereja.” Sebelum ia meninggal dunia pun, Carlo berkata kepada ibunya, “Ibu, jangan takut. Sejak Yesus menjadi manusia, kematian telah menjadi jalan menuju kehidupan, dan kita tidak perlu melarikan diri. Marilah kita mempersiapkan diri untuk mengalami sesuatu yang luar biasa di kehidupan kekal.” Setelah itu, Carlo mengalami koma dan dibawa ke perawatan intensif untuk menjalani pembersihan darah. Kemudian, Carlo mengalami pendarahan diotaknya, sehingga otaknya dinyatakan mati total pada tanggal 11 Oktober 2006. Keesokan harinya, ditanggal 12 Oktober 2006 Carlo Acutis dinyatakan telah tiada diusia 15 tahun. Saat ini, jenazahnya diawetkan dalam sebuah peti kaca, dengan mengenakan celana jeans dan sepatu kets Nike. 

15-year-old millennial beatified; embalmed body in Basilica Assisi ...

Carlo Acutis dimakamkan di Gereja Santa Maria Maggiore, Asisi, Italia. Pada peringatan 6 tahun kematiannya, Keuskupan Agung Milan mulai membuka proses kanonisasinya. Berkat adanya pengakuan mujizat kesembuhan dari seorang anak Brazil yang menderita kelainan pankreas langka dan mujizat kesembuhan dari seorang siswa Costa Rica yang mengalami cedera parah akibat kecelakaan, maka Carlo Acutis mendapatkan beatifikasi pada tanggal 10 Oktober 2020 oleh Paus Fransiskus di Asisi, Italia dan dikanonisasi 7 September 2025 oleh Paus Leo XIV. 

Santo Carlo Acutis adalah santo millennial pertama Gereja Katolik yang kisah hidupnya telah menginspirasi generasi digital. Ia juga dikenal sebagai Influencer Tuhan (God’s Influencer) dan dihormati sebagai santo pelindung internet.

Leave a comment