Fransiskus lahir 13 Oktober 1563 di Abruzzi, Italia. Ayahnya adalah seorang pangeran Neopolitan dan ibunya memiliki hubungan keluarga dengan Santo Thomas Aquinas. Ketika ia masih anak-anak, Fransiskus menyukai olahraga. Namun, diusia 22 tahun, Fransiskus terkena penyakit yang mirip dengan penyakit kusta. Penyakit ini membuat Fransiskus merasa dekat dengan kematian dan merasa hampa. Ia pun mulai menyadari, butuh sesuatu yang mendalam untuk menemukan kebahagiaan. Sejak itu, Fransiskus berjanji apabila ia sudah sembuh nanti, ia akan mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan. Secara tiba-tiba, penyakitnya pun lenyap dan ia sembuh total, serta menempuh pendidikan menjadi seorang imam.
Sebagai seorang imam yang baru, Fransiskus bergabung dengan sekelompok religius yang melayani pewartaan bagi orang-orang di penjara. Mereka memperhatikan para narapidana dan membantu mereka menjalani masa hukuman agar dapat mati dengan lebih baik. Bersama dengan Pater Yohanes Agustinus Ardono, Fransiskus membentuk sebuah kongregasi religius yang baru.
Ketika Pater Ardono meninggal dunia, Fransiskus terpilih menjadi pemimpin biara. Namun, Fransiskus merasa tidak nyaman dengan posisi barunya dan ia selalu menulis disurat-suratnya “Fransiskus, orang berdosa”. Selain itu, ia juga mendapat giliran menyapu, membersihkan tempat tidur dan mencuci piring, sama dengan para imam lainnya.
Fransiskus juga melewati waktu malamnya dengan berdoa di gereja dan ia menasehati para imam lainnya untuk menghabiskan waktu sekurang-kurangnya 1 jam setiap hari berada dihadapan Sakramen Mahakudus. Selain itu, Fransiskus juga sangat fasih berbicara, sehingga ia diberi julukan “Pewarta Kasih Allah.”
Pada tahun 1607 diusianya yang ke 44 tahun, Fransiskus meninggal dunia. Menjelang kematiannya, Fransiskus berkata dengan suara tegas dan sukacita, “Mari kita pergi! Ke surga! Ke surga!” Fransiskus Caracciolo dikanonisasi pada tahun 1807 oleh Paus Pius VII.