
Ignasius lahir pada tahun 50 di Syria. Menurut sejarahwan Eusebius, Ignatius adalah seorang Uskup Antiokhia yang menggantikan Santo Evodius pada tahun 67. Ignasius menjalani hidupnya dengan meneladani Yesus. Selain itu, Ignasius juga mempunyai sebutan lain, yaitu Teoforus yang berarti “Pemanggul Tuhan” dan menurut tradisi, Ignasius juga merupakan murid dari Rasul Yohanes.
Pada masa penganiayaan pemerintahan Kaisar Trajan, Ignasius ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Ia digiring dari Antiokhia ke arena pertunjukkan di Roma. Ditengah perjalanannya, Ignasius masih menulis surat yang digunakan sebagai contoh teologi Kristen. Ia menulis tentang eklesiologi, sakramen-sakramen dan peran para uskup. Ignasius berhasil menulis 6 pucuk surat kepada gereja dan sepucuk surat untuk Santo Polikarpus. Dengan demikian, Ignasius mengikuti jejak Santo Paulus dalam menyebarkan kabar sukacita. Dalam suratnya, Ignasius juga menceritakan proses penangkapannya dan perjalanannya ke Roma. Sepanjang jalan, ia berhadapan dengan binatang-binatang buas dan para serdadu.
Setibanya di Roma, Ignasius dijebloskan kedalam penjara bersama dengan para tahanan Kristiani lainnya. Lalu, Ignasius dilemparkan ke arena pertunjukkan dan 2 singa ganas menerkamnya pada tahun 107. Relikuinya dimakamkan di Basilika Santo Petrus, Roma. Lewat kemartirannya, Ignasius dari Antiokhia dikenang sebagai Bapa Apostolik atau Bapa Gereja dengan mewariskan surat-suratnya yang indah.
