Nikolas lahir 15 Maret 270 di kota Patara (Lycia et Pamfilia) dan tinggal di Myra (Turki). Ayahnya bernama Epifanius dan ibunya bernama Joan. Ayahnya adalah seorang pedagang Yunani yang kaya raya. Sejak usia muda, Nikolas sudah tertarik dengan kehidupan religius, bahkan diusia 5 tahun, ia sudah menjalankan puasa Rabu dan Jumat. Setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, Nikolas menggunakan semua harta warisannya untuk kegiatan amal, salah satunya menolong fakir miskin. Kemudian, Nikolas tinggal bersama pamannya yang ternyata saat itu adalah seorang Uskup Myra dan memiliki nama yang sama dengannya. Pamannya inilah yang membimbing Nikolas sampai akhirnya ditahbiskan menjadi seorang imam.
Setelah menjadi imam, Nikolas sempat melakukan perjalanan ziarah ke Yerusalem. Sekembalinya dari Yerusalem, ia ditahbiskan menjadi Uskup Myra, ibukota Provinsi Lycia. Nikolas dikenal sebagai seorang bapa uskup yang sangat saleh, lugu dan penuh semangat serta selalu membela kaum fakir miskin dan orang-orang tertindas.
Dikisahkan Nikolas pernah menolong seorang ayah yang hendak menjual ketiga putrinya untuk membayar hutang-hutangnya. Secara diam-diam, Nikolas melemparkan 3 kantong emas ke kamar sang ayah yang akhirnya digunakan untuk membayar hutangnya tersebut. Maka, dengan 3 kantong emas itulah, Nikolas telah menyelamatkan 3 gadis itu dari dosa pelacuran dan perzinahan.
Ketika terjadi bencana kelaparan di Asia Kecil, Nikolas segera menolong umat-umatnya dengan membagikan persediaan gandum, anggur, buah-buahan dan kebutuhan lainnya. Tanpa sepengetahuan Nikolas ada beberapa setan hitam yang bersembunyi di kantong-kantong gandumnya. Lalu, Nikolas membuat tanda salib dikantong-kantong tersebut dan seketika itu juga setan-setan hitam itu berubah menjadi pelayannya yang setia.
Selain itu, Nikolas juga pernah mengancam Kaisar Konstantinus lewat mimpi. Hal ini terjadi ketika 3 pejabat Romawi ditangkap dan dipenjarakan atas tuduhan palsu. Mengetahui bahwa mereka akan dihukum mati, 3 pejabat ini teringat pada perbuatan-perbuatan ajaib Uskup Nikolas. Kemudian, mereka berdoa kepada Tuhan melalui perantaraan Uskup Nikolas. Secara ajaib, Uskup Nikolas datang ke mimpi Kaisar Konstantinus untuk mengancam kerajaan dan meminta agar 3 pejabat Romawi yang tidak bersalah itu dibebaskan. Setelah diancam lewat mimpi selama 3 hari, akhirnya Kaisar Konstantinus membebaskan 3 pejabat itu dan mengirim mereka kepada Uskup Nikolas serta menulis surat permohonan agar Uskup Nikolas tidak lagi mengancamnya melainkan mendoakan kerajaannya.
Dibalik kisah mujizat dan kebaikannya, Uskup Nikolas tetap gigih teguh mempertahankan imannya. Meskipun ia ditangkap, disiksa dan dipenjarakan, ia tetap bertahan. Setelah dibebaskan, Uskup Nikolas hadir dalam Konsili Nicea tahun 325 dan menjadi salah satu uskup yang merumuskan Credo Nicea (Syahadat Nicea / Aku Percaya). Berkat kerja kerasnya, keuskupannya tidak terpengaruh oleh ajaran sesat Arianisme.
Uskup Nikolas meninggal dunia dengan tenang 6 Desember 343 saat usianya 73 tahun di keuskupan Myra dan dimakamkan di katedral kota itu. Musim semi 1087, terjadilah invasi dari bangsa muslim Turki, maka sebagian relikui Uskup Nikolas dibawa berlayar oleh pelaut Bari, Italia. Sebagian relikui lainnya diambil juga oleh orang-orang Venesia saat Perang Salib I. Di Bari, Italia, tempat penyimpanan relikuinya tersebut, didirikanlah basilika megah yang disebut Basilica di San Nicola (Basilika Santo Nikolas) oleh Paus Urbanus II. Di Venesia pun juga didirikan sebuah gereja untuk menyimpan relikuinya. Gereja itu diberi nama Gereja San Nicolo al Lido dan sekarang gereja ini dikelola oleh biarawan Fransiskan.
Kisah Nikolas yang menolong 3 gadis dari dosa pelacuran dan mengubah setan hitam menjadi pelayannya yang setia, telah dijadikan sebagai tradisi terciptanya sosok Santa Klaus (Sinterklas). Hal ini diadaptasi oleh beberapa negara seperti, Jerman, Swiss, Belanda dan Amerika. Istilah “Sinterklas” sendiri pada akhirnya mempunyai arti seseorang dengan pakaian seperti uskup yang membagikan hadiah kepada anak-anak dan menguji pengetahuan agama mereka. Selain itu, “Sinterklas” juga membawa serta beberapa pelayan berkulit hitam atau yang lebih terkenal dengan istilah “Piet Hitam” yang bertugas untuk menghukum anak-anak nakal.
