Petrus Yi lahir pada tahun 1803 di Inch’on, Korea dan pindah ke Seoul setelah ayahnya meninggal dunia. Meski hidup dalam kemiskinan, Petrus Yi tetap merasa damai. Lalu, ia bertemu dengan Paulus Yi Kyong-on untuk belajar tentang iman Kristus. Dari kemartiran Paulus Yi Kyong-on inilah yang membuat Petrus Yi menyadari arti iman yang sesungguhnya.
Bulan Januari 1834, Pastor Pasifikus Yu Pang-che dari Tiongkok datang ke Korea dan saat bertemu dengan Petrus Yi, ia merasa kagum dengan kesalehan dan kelembutannya. Sehingga, Petrus Yi pun dijadikan sebagai seorang katekis.
Bulan Februari 1834, Petrus Yi ditangkap oleh sekelompok penculik dan ia dipenjarakan selama 4 tahun. Didalam penjara ia menderita siksaan dimana hakim memukuli dia sampai tulang kakinya terpelintir dan hakim meminta supaya dia menyangkal Allah. Namun Petrus Yi berkata, “Saya tidak akan pernah menyangkal Allah.” Hakim menyuruh orang-orangnya untuk memukul pinggang dan kakinya, namun Petrus Yi diam saja.
Ditengah penderitaannya, Petrus Yi juga mengatakan bahwa ia akan dengan senang hati untuk mati karena penyakit di penjara, jika itu sudah kehendak Allah. Didalam penjara pun, Petrus Yi tetap berdoa, berpuasa dan menunjukkan teladan kebaikan serta kesederhanaan sebagai seorang Kristiani. Bahkan seorang tahanan yang satu sel dengannya menjadi bertobat dan ingin dibaptis. Teladan hidup Petrus Yi juga dipuji oleh sipir penjara.
Petrus Yi meninggal dunia 25 November 1838 diusia 35 tahun didalam penjara Seoul, Korea. Ia divenerasi 9 Mei 1925 oleh Paus Pius XI (Decree of Martyrdom), dibeatifikasi 5 Juli oleh Paus Pius XI dan dinyatakan sebagai orang kudus 6 Mei 1984 di Yoido, Korea oleh Paus Yohanes Paulus II.