Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Santo Yohanes Houghton, Martir (4 Mei)

Saint John Houghton : London Remembers, Aiming to capture all memorials ...

Yohanes Houghton lahir sekitar tahun 1487 di Essex, Inggris. Ia adalah lulusan dari Universitas Cambridge dengan gelar sarjana hukum perdata dan kanonik. Yohanes bergabung dengan Ordo Kartusian pada tahun 1516. Kemudian, ditahun 1523 ia menjadi koster dan diangkat menjadi bendahara di tahun 1528, serta pada tahun 1531 ia terpilih untuk memimpin komunitas biara di London Charterhouse.

Pada tahun 1534 Raja Henry VIII memberlakukan undang-undang suksesi (act of succession) yang berusaha melegitimasi pernikahan keduanya dan anak-anak yang dihasilkannya. Tindakan tersebut disertai dengan persyaratan bahwa semua rakyat harus bersumpah untuk mengakuinya dan supremasi raja. Karena tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik tentang pernikahan dan perceraian, Yohanes meminta agar ia dan komunitasnya dibebaskan dari sumpah yang diwajibkan melalui undang-undang suksesi. Akibatnya Yohanes dan prokuratornya yang bernama Humprey Middlemore ditangkap serta dibawa ke Menara London. 

Setelah beberapa bulan di penjara, sebuah kompromi tercapai yang mengizinkan umat Katolik untuk mengambil sumpah dengan hati nurani yang baik dengan tambahan klausa “sejauh yang diizinkan oleh hukum Kristus.”

Pada tahun 1535, Raja Henry VIII menyatakan dirinya sebagai kepala gereja di Inggris melalui undang-undang supremasi. Sekali lagi seluruh rakyat dipaksa untuk bersumpah mengakui tindakan kedua ini. Yohanes dan beberapa pemimpin Kartusian seperti Robert Lawrence dan Augustine Webster kembali menolak dengan meminta pengecualian. Mereka ditangkap kembali dan dimasukkan ke dalam penjara. ‘

Pada tanggal 4 Mei 1535, Yohanes bersama dengan kedua pemimpin Kartusian disiksa dan dihukum mati dengan cara yang kejam. Mereka dibawa ke tempat eksekusi dengan mengenakan jubah ordo mereka. Santo Thomas More yang juga dipenjara karena menolak sumpah, melihat Yohanes dan rekan-rekannya sesama Kartusian diseret dengan kuda. Putri Thomas berkunjung saat itu dan berkata kepadanya “Lihatlah, Meg! Bapa-bapa yang diberkati ini sekarang dengan riang gembira menuju kematian mereka seperti para mempelai pria menuju pernikahan mereka!”

Setelah digantung hampir mati dan sebelum tubuhnya dipotong, algojo merobek jubahnya untuk memperlihatkan dadanya. Yohanes berseru, “Ya Yesus, apa yang akan Engkau lakukan dengan hatiku?”

Pada tanggal 29 Desember 1886 Paus Leo XIII memberikan beatifikasi pada Yohanes Houghton dan ia dikanonisasi pada tanggal 25 Oktober 1970 oleh Paus Paulus VI.

Leave a comment