Tunas Telah Menjadi Pohon
Yang pertama yang ditekankan oleh Pastor Johanis Mengko MSC begitu bertugas di Paroki ini sejak 1 April 1995 adalah menegaskan visi dan misi pelayanan. Paroki memang bukan sebuah perusahaan. Tapi nilai-nilai positif management dunia usaha tidak ada salahnya untuk diterapkan di Paroki, mulai dari identifikasi kekuatan dan kelemahan Paroki hingga ke soal tertib administrasi. Pastor Mengko mengadopsi nilai-nilai positif ini dalam tugas Pastoralnya. Maka pada tahun pertama dalam karya Pastoralnya di Paroki ini beliau mencanangkan sebagai tahun penjajakan sambil merangkul umat. Dalam sebuah rapat ia menyampaikan empat motivasi rohani dalam melayani yaitu:
1. Setiap kegiatan Paroki harus merupakan pewartaan tentang Kristus. 2. Semua rapat, perencanaan dan pelaksanaan rencana harus dalam semangat doa. 3. Setiap rapat yang diadakan harus membawa keselamatan, bukan percekcokan. 4. Setiap kegiatan Paroki harus dilihat dari sudut menguduskan umat. Apa pun kegiatan yang dilakukan harus bermuara pada aspek-aspek tersebut di atas. Dalam sebuah wawancara dengan tim Warta Andreas beliau mengatakan, “Dari seluruh kegiatan yang dilakukan di Paroki ini termasuk tujuan rapat setiap Seksi dan organisasi sekalipun adalah untuk membawa keselamatan dan kekudusan bagi umat. Kunjungan Pastor kerumah-rumah umat juga merupakan bagian dari pemberian motivasi rohani dalam hidup berkeluarga dan di tengah masyarakat. Usaha untuk menerapkan Pastoral parsitipatif di Paroki ini bertujuan untuk membangun persaudaraan bersama. “ Masa penjajakan dan merangkul umat yang ditetapkan Pastor Mengko MSC terbagi dalam empat tahap : Pertama, Tahap Dengar Pendapat dan Tindakan-Tindakan Awal. Tahap ini berpuncak pada rapat Dewan Paroki Pleno pada 10 Mei 1995 untuk bersama umat membentuk visi bersama serta program kerja yang konkrit untuk tahun 1995. Dari rapat pleno disusunlah visi Paroki dan program kerja tahun 1995. Kedua, Tahap Mempelajari dan Menguji Keputusan dan Kebijakan. Tahap kedua ini merupakan lanjutan dari tahap pertama yaitu mempelajari dan menguji keputusan dan kebijakan yang diambil dalam rapat Dewan Pleno bulan Mei. Tahap ketiga mengidentifikasikan segala motivasi rohani dan kemudian disosialisasikan kepada semua anggota Dewan Pleno dalam sebuah rekoleksi pada bulan September 1995. Tahap keempat mengambil kesimpulan. Pada tahap ini berbagai perkembangan umat selama tahun 1995 disimpulkan. Tujuannya agar karya Pastoral pada tahun-tahun berikutnya tetap mengacu pada Pastoral yang sesuai dengan kebutuhan umat. Tahap keempat ini berpuncak pada bulan November 1995 melalui Rapat Kerja (Raker) Paroki. Raker ini berlangsung sangat efektif karena dipersiapkan secara intensif selama tiga bulan sebelumnya. Bahkan, untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan umat diedarkan pula angket kepada seluruh umat. Hasil angket tersebut menjadi topik bahasan dalam Raker. Administrasi Paroki Pengelolaan Paroki yang baik harus didukung oleh sistem administrasi yang baik pula. Maka sejak tahun 1995 masalah administrasi Paroki juga diberi perhatian khusus. Di bidang administrasi Paroki ada beberapa hal yang dibenahi. Pertama soal kartu keluarga. Dalam tradisi Pastoral kartu keluarga (KK) sangat penting. KK bermanfaat bagi keluarga-keluarga Katolik dan bagi Pastor sendiri. Sejak tahun 1995 administrasi KK di Paroki dilakukan dengan sistem komputerisasi. Dengan demikian informasinya selalu dapat diperbaruai (up to date). Sistem ini sangat membantu bagi karya Pastoral. Mulai bulan April tahun 1995 satu tenaga sekretariat untuk mengurus berbagai hal ditingkatkan menjadi tiga tenaga dengan pembagian tugas : satu orang khusus mengurus kartu keluarga; satu orang mengurus surat-surat dan buku-buku Gerejani; dan yang satu lagi khusus untuk menerima tamu, telepon, dan urusan-urusan lain seperti stensil, foto copy, serta pekerjaan ringan lainnya. Dengan membina suatu sekretariat menuju profesionalitas, visi merangkul umat, Pastoral partisipatif ( bukan Pastor sentris) secara perlahan dapat dicapai. Selain itu juga diatur tentang struktural dan rapat rutin. Dengan adanya rapat tersebut semua kegiatan Paroki terprogram, keputusan-keputusan dibuat sesuai kebutuhan umat, kemudian pelaksanaan kegiatan-kegiatan Paroki terlaksana dengan melibatkan banyak tokoh umat. Dengan demikian Paroki ini benar-benar menjadi lebih hidup. Aktivitas kelompok-kelompok meningkat. Kelompok-kelompok kategorial Paroki St. Andreas yang terkesan stagnan bahkan tenggelam mulai bangkit. Mudika, Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK), Kelompok Senakel (kelompok pendoa para imam) dan lainnya berkembang. Selain pertemuan-pertemuan mingguan kelompok-kelompok ini mengadakan pertemuan khusus seperti kegiatan seminar, Penataran (untuk dirigen dan Organis) dan kursus-kursus Kitab Suci. Potensi-potensi umat juga dihimpun. Pada kurun waktu itu diadakan rekoleksi antara lain untuk kelompok-kelompok kategorial seperti dokter dan paramedis, guru, praktisi bisnis, dan ekonom. Selain itu juga diadakan rekrutmen anggota-anggota baru untuk Putra-putri altar dan awam pemuka ibadat/prodiakon yang saat itu dirasakan kurang memadai jumlahnya untuk melayani umat Paroki. Pembaptisan bayi juga sudah mulai diatur secara berkala. Pembaptisan bayi diadakan setiap bulan. Pembaptisan dirumah umat tidak diperkenankan lagi. Sebelum pembaptisan dilangsungkan, orang tua bayi diundang untuk pendalaman iman di Paroki. Satu minggu sebelum dibaptis Pastor sendiri yang memberi persiapan. Pembinaan calon baptis orang dewasa dilaksanakan oleh Seksi pewartaan Paroki dengan mengikuti kursus selama satu tahun. Berkaitan dengan liturgi, Misa Harian sudah diadakan secara teratur dari hari Senin hingga hari Sabtu. Sedangkan Misa Lingkungan dibuat setiap dua bulan sekali. Pastor Mengko dan Pastor John Tinggogoy berbagi tugas. Jadwal pengakuan dosa juga diatur seminggu sekali pada hari Jumat. Motto Paroki ketika itu adalah “ SALAM KOMPAK “ yang kemudian dilanjutkan dengan Gerakan SURGA ( Sadar untuk relasi dalam keluarga ) Sistim Manajemen Paroki Dalam masa kepengurusannya, Dewan Paroki periode 1998 – 2001 meneruskan program kerja dari Dewan Paroki sebelumnya dan melakukan pembaruan-pembaruan terutama berkaitan dengan implementasi Visi ( menjadi Gereja yang mandiri, misioner, berdaya pikat dan berdaya tahan ), Misi ( Membangun Paroki dengan semangat persaudaraan, meningkatkan pelayanan Gereja, Perhatian utama kepada kemiskinan diantara kita dan sekitar kita, krisis makna generasi muda, menggalakkan kerasulan awam, kepada anak-anak, kaum remaja, kaum muda, keluarga yang terancam krisi, para lansia dan mereka yang butuh konseling, perhatian akan dampak berbagai krisis nasional, perhatian kepada pengamanan ) Rencana Strategis (jangka panjang 3 tahun) , Rencana Operasional (jangka pendek per satu tahun ). Dewan Paroki menerapkan manajemen partisipatif, manajemen berdasarkan sasaran, prinsip bottom-up, keterbukaan, dan sistim desentralisasi dibidang teritorial dan kategorial yang terpantau dan terkendali. Pembenahan manajemen keuangan Paroki sehingga mencapai standard public-audited. ( Baca lebih lanjut dalam Buku Raker tahun 1998, 1999, 2000) Program-program dan kegiatan yang diagendakan disesuaikan dengan keadaan. Sebab, Paroki kita turut merasakan dampak krisis ekonomi serta kerusuhan sosial pada masa itu. Maka, kegiatan yang dibuat adalah kegiatan-kegiatan yang dapat melibatkan banyak umat. Maka, kelompok kategorial dan Seksi semakin aktif. Ada Paguyuban Mutiara Senja (Lansia) dan kelompok Warakawuri St. Andreas yang disebut Kelompok St. Monika. Ada Kelompok Laskar Kristus. Kelompok ini, daripada terjadi salah kaprah seperti laskar lainnya yang lagi ramai pada masa itu, maka nama Laskar Kristus itu kemudian diganti dengan nama Lumen Christi. Pelayanan komunitas ini selanjutnya berpusat pada devosi kepada Kerahiman Illahi dan berkembang baik hingga kini. Kelompok lain yang dibentuk adalah Koperasi Sekar Sejahtera Mandiri. Koperasi ini berawal dari seringnya pembagian sembako kepada warga dan umat. Untuk meningkatkan pelayanan dan pertambahan modal melalui simpanan anggota dan agar lebih teratur, maka akhirnya dibuat koperasi. Para anggota menyetorkan simpanan pokok, wajib dan sukarela yang besarnya tidak sampai membebani mereka. Disamping itu ada juga non-anggota Koperasi yang memberikan sumbangan kepada Koperasi. Karena jumlah Seksi dan kelompok kategorial terus bertambah, demikian pula kegiatan-kegiatannya maka seringkali terjadi tumpah tindih. Maka dilakukanlah pembenahan berbagai kegiatan-kegiatan Parokial agar meskipun semakin banyak kegiatan / aktivitas tetapi harus terpadu dan tidak tumpang tindih. Pembenahan itu terwujud dengan pengangkatan para Koordinator Bidang, yaitu Koordinator Bidang Liturgi ( Leiturgia ), Bidang Pewartaan ( Kerygma ), Bidang Pelayanan ( Diakonia ), Bidang Persekutuan (Koinonia), serta Bidang Kategorial I dan Bidang Kategorial II yang mengkoordinir berbagai kegiatan kategorial. Dewan Paroki berusaha terus memperkuat komunikasi dan kesatuan serta persatuan umat Paroki. Motto Paroki ketika itu adalah “SALAM PERKASA“ ( Salam Persaudaraan Kasih Santo Andreas ) Untuk memberikan penghargaan dan memotivasi para komisaris lingkungan yang merupakan ujung tombak di tengah umat, maka diselenggarakan rekoleksi sehari di Hotel Citraland yang diikuti para komisaris Lingkungan di Hotel Citraland dan dihadiri 200 peserta. Mereka semua diundang untuk didengar keluhan-keluhannya diberikan motivasi. Manajemen Baru Keuangan Gereja Dewan Paroki Harian berupaya membuat format paling pas yang sesuai dengan manajemen keuangan modern. Upaya penataan harta atau kekayaan Paroki dimulai dari menertibkan administrasi keuangan, yaitu seluruh bendahara lingkungan/ ketua lingkungan diminta membuat surat pernyataan yang berisi bahwa rekening tabungan uang lingkungan yang tercatat atas namanya adalah milik lingkungan. Sehingga bila sesuatu hal terjadi, Paroki dapat tetap mengakses uang itu tanpa kesulitan. Selain itu, bagi Seksi / kategorial / teritorial diperkenalkan juga dengan istilah budget nol yang berarti dana / budget yang ada digunakan sampai pada batas dana yang tersedia, selebihnya mencari sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang disetujui Dewan Paroki Harian. Pada era kepengurusan Dewan Paroki V periode tahun 23 Pebr.1998 – 31 Jan 2001, setiap Seksi, kelompok, organisasi mendapat alokasi dana Rp 3 juta per tahun untuk kegiatan-kegiatannya. Jika tidak cukup, cari sendiri melalui cara / jalan yang harus disetujui terlebih dahulu oleh DPH . Pada periode ini untuk seluruh Paroki di Jakarta, Paroki Kedoya Gereja St. Andreas adalah Paroki pertama yang diaudit oleh akuntan publik. Di penghujung tahun 2000 diadakan Raker Dewan Paroki Pleno yang berlangsung selama 2 hari yaitu tanggal 9-10 Desember di Lembah Hijau Ciloto, Jawa Barat. Raker kali ini tergolong istimewa karena tiga hal. Pertama, akhir tahun 2000 merupakan perayaan puncak tahun Yubileum Agung. Kedua, pada akhir tahun 2000, tepatnya pada 31 Desember masa kepengurusan Dewan Paroki Pleno (minus Dewan Paroki Harian) berakhir sehingga harus dilakukan pergantian kepengurusan. Ketiga, tema Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) tahun 2000 adalah memberdayakan Komunitas Basis menunju Indonesia baru, sangat sesuai dengan situasi dan kondisi bagi Paroki Kedoya yang relatif baru untuk menuju sebuah Paroki yang mandiri dan dewasa iman. Dan tema ini juga menjadi bahan diskusi dalam raker Dewan Paroki. Dalam Raker ini, ketiga hal di atas menjadi fokus perhatian para peserta Raker. Dewan Paroki Pleno yang dibicarakan dalam Raker tersebut dilantik pada hari Minggu 8 Januari tahun 2001 di Gereja St. Andreas. Perkembangan Lingkungan Pada tahun 1998 Paroki Kedoya terdiri dari 29 lingkungan tetapi pada tahun 2002 telah berkembang menjadi 35 lingkungan. Dari 35 lingkungan tersebut, tercatat jumlah umat paling banyak tersebar di wilayah Santo Petrus, Kedoya, dengan total 468 KK yang jumlahnya mencapai 1.715 umat dari 5 lingkungan yang ada. Maka pada tahun 2003 Lingkungan St. Yohanes Pemandi, salah satu Lingkungan di Wilayah Kedoya, dimekarkan menjadi dua lingkungan. Lingkungan yang baru diberi nama Lingkungan St. Yohanes Rasul. Berbagai masalah keluarga yang dihadapi umat menjadi perhatian Paroki. Karena itu berbagai kegiatan Paroki sepanjang tahun 2003 diarahkan kepada pemberdayaan keluarga. Anak-anak dan kaum remaja dalam hal ini mendapat perhatian khusus, dan diangkat menjadi tema Raker Paroki tahun 2003 yakni, “Dari Terang keluarga Kita Melayani Paroki.” Memang tidaklah mungkin sebuah Paroki akan maju dan berkembang dalam budaya kasih dan persaudaraan sejati, tanpa keluarga yang kuat sebagai gereja mini. Pembangunan Sarana Fisik, Menjawab Kebutuhan UmatSetelah Gereja St. Andreas selesai dibangun, nama PPG (Panitia Pembangunan Gereja) disesuaikan menjadi PPSG (Panitia Pembangunan Sarana Gereja). Sejak tahun 1998 fokus perhatian Dewan Paroki sebenarnya adalah pembangunan sarana pendidikan (gedung sekolah). Pembangunan gedung sekolah ini cukup mendesak untuk menggantikan gedung sekolah lama yang sudah tidak memadai. Namun, krisis moneter tahun 1998 menunda rencana pembangunan fisik di Paroki ini.
Pada tanggal 14 Januari 2001, terjadi penggantian pengurus PPSG dari Bapak Indradi Kusumah kepada pengurus Panitia Pembangunan Sarana Gereja Bapak Irwan Rosidi sesuai dengan Surat Keputusan No. 145/DP/SKEP/I/2001 Dewan Paroki Kedoya. Setelah badai krisis moneter dengan segala dampaknya berlalu, pada tahun 2002 pembangunan fisik sarana Gereja kembali dilanjutkan dengan membangun sarana pendidikan untuk menunjang kebutuhan ruang kelas bagi sekolah St. Andreas. Gedung berlantai tiga ini dibangun di atas tanah bekas bangunan sekolah dan berhasil diselesaikan dan diresmikan pada tanggal 30 Maret 2003 yang diberi nama Gedung St. Thomas Aquinas. Untuk mengatasi masalah parkir dan aula, bulan Oktober 2003 Dewan Paroki Kedoya membeli lahan seluas 7.340 m2 disebelah kompleks gereja. Lokasi tersebut mempunyai akses jalan tembus ke Jalan Kedoya Raya, yang kemudian diberi nama Jalan Raya Kedoya No. “101A.” Dalam laporan yang disampaikan Ketua PPSG, Bapak Irwan Rosidi, pembelian lahan ini mendapat persetujuan dari Keuskupan Agung Jakarta dengan No. 1913A/3.25.4.38/2003 tanggal 24 Oktober 2003. Dengan dijiwai semangat gotong royong, panitia pencarian dana pun dibentuk sesuai dengan SK No. 75/DP-SKEP/XII/2003 tanggal 11 Desember 2003 yang diketuai Bapak Robert Kosasih. Panitia ini kemudian dikenal dengan nama “TIM PERLUASAN PRASARANA PAROKI (TP3). Dengan tugas utamanya mengumpulkan dana dari umat melalui sistem pinjaman berjangka dua tahun tanpa bunga serta pencarian sumbangan sukarela melalui “Pembelian kavling tanah secara simbolik” dan dari dana kolekte ke-2 untuk PPSG. Di atas lahan tersebut terdapat bangunan tua, yang kemudian direnovasi menjadi aula dan rungan-ruangan untuk Seksi-Seksi dan kelompok kategorial yang membutuhkannya. Kompleks gedung ini sudah mulai dipakai sejak tahun 2005 antara lain sebagai fasilitas olahraga bagi siswa dan siswi Sekolah St. Andreas, kegiatan Orang Muda Paroki (OMP), sekretariat crisis center, Kursus Persiapan Perkawinan dan tempat pelaksanaan sunatan massal. Walaupun sudah sering dipakai, namun peresmiannya baru dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2006 dalam sebuah Misa Kudus dipimpin oleh Romo A. Heru Jati MSC yang didampingi Romo Dumais SJ dan Romo Haryanto. Gedung ini “dibaptis” dengan nama Wisma Siti Mariam (Bunda Maria). Menurut Bapak Bambang Sudjoko, Ketua SSP, pemberian nama ini merupakan hasil rapat Dewan Paroki. Pertimbangannya tidak lain karena tempat ini juga akan berfungsi sebagai crisis center lintas agama. Panitia mengakui bahwa berbagai kendala dalam pembangunan fasilitas ini dapat diatasi berkat bantuan banyak pihak baik secara kelompok maupun perseorangan. Saat pembelian tanah, cukup banyak umat yang berpartisipasi berupa kesediaan untuk meminjamkan dananya dan menyumbang. Begitu saat pembangunan berlangsung, banyak juga sumbangan material yang diterima. Selain itu, program-program lain juga dilakukan oleh Bapak Dharma Budiman (Sekretaris Dewan Paroki) dan Bapak Charles Tampubolon (Bendahara). Beberapa agenda dilakukan dalam masa kepengurusan Dewan Paroki tahun 2004 – 2006. Fokus kegiatan tersebut menyangkut tiga hal : Pertama, pengarsipan dan dokumentasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa selama ini arsip dan dokumentasi yang ada di Sekretariat Paroki Kedoya hanya dalam bentuk hard copy dan semua bukti-bukti tertulis itu masih ada. Dewan Paroki Harian periode ini menata kembali agar dokumen-dokumen tersebut juga disimpan dalam bentuk softcopy dalam bentuk CD-R supaya mudah dan ringkas disimpan. Kedua, masalah yang berkaitan dengan keuangan di Paroki Kedoya adalah pembiayaan yang terus meningkat. Padahal, kolekte mingguan tidak menunjukkan peningkatan. Dengan kondisi seperti itu maka perlu dilakukan kebijakan uang ketat. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak terlalu urgen ditangguhkan atau pun dipenuhi dengan selektif. Dengan demikian antara pemasukan dan pengeluaran diharapkan untuk selalu balance dan kalau bisa surplus. Oleh sebab itu diharapkan setiap Seksi dan organisasi yang hendak mengadakan kegiatan sebaiknya mencari dana sendiri. Salah satu kebijakan yang berkaitan dengan keuangan ini adalah bahwa pengambilan uang di bank yang tadinya menggunakan dua tanda tangan sekarang menjadi tiga tanda tangan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk membangun dan menata sistem keuangan di Paroki. Ketiga, menjaga kesatuan umat. Diupayakan jangan sampai terjadi gesekan di antara aktifitas kelompok yang ada. Dewan Paroki mengajak dan merangkul setiap kelompok agar tetap bersatu dan bersama membangun Paroki Kedoya ini. Kegiatan tertentu yang agak tumpang-tindih dalam pelayanan antara POTA, Orangtua Asuh, Yayasan Karya Kasih, Koperasi perlu selalu didialogkan. Masih ada beberapa aktivitas yang perlu ditingkatkan lagi seperti Lembaga Bantuan Hukum dan Konseling Keluarga. Kedua pelayanan ini sebenarnya penting, sebab juga merupakan kebutuhan umat di Paroki Kedoya. Diharapkan kepengurusan berikutnya akan memberikan perhatian terhadap dua hal tersebut karena masalah-masalah dalam keluarga dan perkawinan menjadi penting dewasa ini untuk dicarikan solusinya. Seperti periode-periode sebelumnya, berbagai kegiatan seperti retret dan kegiatan kerohanian lainnya terus dilakukan oleh berbagai kelompok. Tujuannya, selain untuk mendalami iman sekaligus juga untuk kaderisasi. Keempat, mewujudkan solidaritas Gereja kepada masyarakat. FKKUB (Forum Komunikasi Kerukunan Umat Beragama) menjadi wadah yang tepat untuk menjalin kerjasama antar umat beragama. Wujudnya dalam bentuk pengobatan gratis, sembako murah, pasar murah, buka puasa bersama, silahturrahmi pada saat Idul Fitri, dapur umum, crisis center, sunatan massal, dan lain-lain. Hal tersebut membuat Gereja St. Andreas semakin dekat dengan masyarakat setempat dan pemerintah mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan maupun Kodya Jakarta Barat. Paroki ini juga mengadakan kerjasama dengan instansi lain seperti rumah sakit, yayasan dan kelompok-kelompok lain.Melihat jejak perjalanan Paroki ini, nampak bahwa selama 20 tahun kehadiran Paroki Kedoya Gereja Santo Andreas ini, karya pelayanannya tidak pernah terputus-putus. Tuhan selalu mengirimkan orang yang tepat pada waktu yang tepat pula. 20 tahun lalu, Tuhan telah mengirimkan orang-orang yang kuat dalam iman, dan punya hati yang rela berkorban demi terwujudnya sebuah Paroki baru, Paroki Kedoya Gereja St. Andreas. Selanjutnya, silih berganti Tuhan mengirimkan para gembala dan umatnya yang siap memberi diri untuk kemajuan Paroki ini.
20 tahun Paroki-ku berkarya dalam iman, harapan dan kasih. Banyak yang sudah dicapai, tetapi masih banyak lagi yang harus dilakukan. Perjalanan masih jauh dan tidak akan pernah berakhir dalam pelayanan Gereja. Paroki Kedoya Gereja Santo Andreas akan melangkah terus maju dalam jalan Kasih Tuhan .