
Maria Goretti lahir pada tanggal 16 Oktober 1890 di Corinaldo, Italia. Ayahnya adalah seorang petani miskin yang bernama Luigi dan ibunya bernama Assunta Goretti. Pada tahun 1899, Luigi beserta keluarganya memutuskan untuk meninggalkan Corinaldo untuk mendapatkan hidup yang lebih layak.
Ditengah perjalanan, mereka mendengar bahwa tanah pertanian milik Count Mazzoleni di Ferriere akan disewakan. Lalu, Luigi diterima bekerja disana sebagai petani bagi hasil. Namun, karena pertanian ini sudah terlalu lama ditinggalkan dan terbengkalai, maka Luigi harus bekerja lebih keras lagi untuk membangunkannya kembali. Kerja kerasnya yang tak berhenti, membuat Luigi jatuh sakit, sehingga ia tidak bisa bekerja lagi.
Saat musim panen telah tiba, Count Mazzoleni datang ke pertanian dan ia sangat marah karena baru setengah pertaniannya dikerjakan. Lalu, Count Mazzoleni mengirim 2 orang suruhannya yang bernama Giovanni Serenelli dan Alessandro, putra bungsunya untuk membantu pekerjaan Luigi. Karena itulah, keluarga Serenelli pun tinggal bersama keluarga Goretti.
Geovanni ternyata adalah seorang pria pemabuk, cepat marah dan suka memaksakan kehendaknya sendiri. Alessandro juga seorang pria yang mempunyai sifat buruk, suka bertengkar, muka selalu cemberut dan suka pornografi.
Sementara itu, penyakit malaria yang diderita Luigi semakin parah. Setiap malam, Assunta beserta keluarganya mendoakan untuk kesembuhan Luigi. Diwaktu yang bersamaan, Luigi juga menyatakan sesalnya karena telah meninggalkan Corinaldo dan berpesan agar istrinya serta anak-anaknya segera kembali ke Corinaldo. Pada akhir bulan April 1902, Luigi Goretti meninggal dunia dan Maria dengan rajin mendaraskan doa Rosario untuk keselamatan jiwa ayahnya.
Setelah meninggalnya Luigi Goretti, maka rumah yang ia tinggali telah resmi menjadi milik Geovanni Serenelli. Assunta merasa tidak sanggup apabila harus kembali ke Corinaldo karena tidak mempunyai pembekalan yang cukup. Oleh karena itu, Geovanni memerintahkan agar Maria Goretti yang masih berusia 11 tahun untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumahnya dan Assunta bekerja di ladang.

Karena beban yang harus ditanggungnya, membuat Maria tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang dewasa, tekun berdoa dan hidup saleh. Ia mempunyai devosi yang mendalam kepada Yesus dan ketaatan kepada ibunya. Suatu hari, Assunta berpesan kepada Maria, “Kamu tidak boleh berbuat dosa, apa pun alasannya”.
Meskipun Maria tidak bisa membaca dan menulis, Maria tetap mengikuti Katekumen beberapa bulan dan pada tanggal 16 Juni 1901 Maria menerima Komuni Pertama. Hal itu membuat hati Maria sangat bahagia, meski jarak dari rumahnya ke gereja adalah 2 jam dengan berjalan kaki.
Pada bulan Juli 1902, Assunta memperhatikan perubahan perilaku dari putrinya. Sifat kekanak-kanakan Maria mulai menghilang, sinar matanya memancarkan kesedihan, waktu berdoanya semakin panjang, tubuh kecil dan tangannya bergetar serta air matanya mengalir. Hal ini terjadi karena Alessandro telah mengganggunya dan mengancam Maria apabila ia mengadu kepada ibunya. Hanya dengan berdoa Maria merasakan kelegaan dan kekuatan.
Pada hari Sabtu, 5 Juli 1902, Alessandro meminta Maria untuk menjahit kemejanya yang sobek. Maria pun melaksanakan yang diperintahkan oleh Alessandro dengan sambil menjaga adiknya yang masih bayi bernama Teresa. Lalu, tiba-tiba Alessandro berteriak memanggil Maria dari dapurnya. Tetapi, Maria tidak mau, maka Alessandro pun mencengkram lengan Maria dan menyeret Maria ke dapur. Saat itu, Alessandro berniat memperkosa Maria dan Maria pun berusaha memberontak sambil berkata, “Tidak! Tidak Alessandro! Itu dosa. Tuhan melarangnya. Kamu akan masuk neraka, Alessandro. Kamu akan masuk neraka jika kamu melakukannya!”
Alessandro tidak memperdulikan perkataan Maria tersebut. Lalu, ia mengambil pisau dapur dan menikam bekali-kali tubuhnya Maria. Sampai akhirnya Maria pun jatuh tersungkur bersimbah darah. Melihat Maria sudah sekarat, Alessandro ketakutan dan ia mengunci diri di kamarnya. Assunta yang melihat putrinya bersimbah darah, berteriak-teriak dan menanyakan apa yang telah terjadi. Setelah menceritakan apa yang telah terjadi, segera Maria dibawa ke rumah sakit di Nettuno.
Pada saat itu, Maria harus dioperasi tanpa obat bius karena telah ditemukan ada 14 luka tikaman dan luka memar disekujur tubuhnya. Operasi berjalan dan Maria menjerit kesakitan selama menjalani operasi tersebut.

Keesokan harinya pada tanggal 6 Juli 1902, seorang imam datang untuk memberikan Maria Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Imam itu bertanya apakah Maria mau memaafkan Alessandro atau tidak. Sambil memandang salib di dinding dan dengan tenang, Maria berkata, “Saya juga memaafkan dia. Saya juga berharap agar kelak ia datang dan menyusul saya di surga.” Setelah itu, Maria menerima Komuni Kudus dengan berlinang air mata dan sambil memandang patung Bunda Maria didekat ranjangnya, saat itulah Yesus datang untuk menjemput Maria yang masih berusia 11 tahun masuk ke dalam perlindunganNya.
Pada tanggal 27 April 1947, Maria Goretti dibeatifikasi dan pada tanggal 24 Juni 1950, Maria Goretti dikanonisasi di Basilika Santo Petrus oleh Paus Pius XII. Upacara kanonisasi ini dihadiri oleh 250.000 umat, bersama Assunta, ibu Maria Goretti yang sudah berusia 82 tahun.
Mujizat pertobatan Alessandro pun menjadi perhatian yang menarik. Hal ini karena, ketika Alessandro didalam penjara, ia sempat bermimpi bertemu dengan Maria Goretti pada tahun 1910. Dimimpi itu, Alessandro melihat Maria memakai gaun putih. Lalu, ia memetik 14 bunga bakung putih sebagai lambang kemurnian. Maria mendekati Alessandro dan memberikan bunga bakung itu satu per satu dan 14 luka tikaman Maria pun hilang satu per satu. Maria berkata, “Alessandro, terimalah ini. Seperti janjiku, jiwamu kelak akan menemuiku di surga.” Dari mimpi yang indah itu, Alessandro pun bertobat dan ia tahu bahwa Maria Goretti telah mengampuninya. Alessandro pun masuk Biara Capuchin di Macerata dan menceritakan tindakan kejahatannya itu saat upacara kanonisasi Maria Goretti.
