
Jeanne de’Arc lahir 6 Januari 1412 di Greux-Domremy, Lorraine, Perancis. Ayahnya bernama Jacques d’Arc adalah seorang petani yang mempunyai tanah yang cukup luas dan ibunya bernama Isabelle Romee, yang memiliki sifat lembut dan penuh kasih.
Ketika Jeanne masih muda, ia senang sekali berdoa kepada Bunda Maria ditempat-tempat yang sunyi dan ia sering mengaku, bahwa ia sering mendapatkan penglihatan orang-orang kudus, seperti Santa Margareta dari Antiokhia, Santa Katarina dari Alexandria dan Malaikat Agung Mikael. Sampai suatu hari, ketika Jeanne sedang menggembalakan domba-dombanya, Malaikat Agung Mikael menampakkan diri dan berkata, “Putri Allah, pergilah selamatkanlah Perancis!” Perkataan itu selalu Jeanne dengar berulang kali selama 3 tahun dan pada akhirnya diusianya yang ke 16 tahun, Jeanne memberanikan diri untuk menghadap Raja Charles VII, demi menjalankan misinya yaitu menyelamatkan Perancis dari peperangannya dengan Inggris yang sudah berlangsung selama 100 tahun.
Untuk meyakinkan Raja Charles VII, Jeanne meramalkan bahwa peperangan di Herrings, Perancis akan mengalami kekalahan. Perkataan itu terbukti benar dan raja pun mulai percaya serta menyediakan pasukan perang untuk Jeanne. Atas izin raja, Jeanne dan pasukannya bernagkat ke Orleans untuk menghadapi musuh. Jeanne berada dibarisan depan memimpin pasukannya untuk berperang melawan pasukan Inggris. Panji kebesarannya tertulis nama YESUS dan MARIA. Walaupun bahunya terkena anak panah, Jeanne tetap menyemangati pasukannya untuk tidak menyerah dan terus melawan pasukan Inggris, karena ia percaya Tuhan menghendaki agar Inggris keluar dari wilayah Perancis. Setelah berjuang, akhirnya Perancis meraih kemenangannya dengan penuh sukacita.

Kemenangan yang dipimpin oleh Jeanne diraih dengan cara menghancurkan pos-pos pertahanan pasukan Inggris dan merebut benteng Inggris di les Tourelles. Satu per satu Jeanne berhasil merebut kembali daerah Perancis yang pernah direbut oleh Inggris, diantaranya, kota Jargeau direbut Jeanne pada tanggal 12 Juni 1429. Lalu, tanggal 15 Juni 1429, Jeanne menghancurkan pasukan Inggris di Meung-sur-Loire dan merebut kota itu, dan 2 hari berikutnya Jeanne menuju Beaugency dan berhasil merebut kota tersebut.
Dengan keberaniannya, Jeanne juga memimpin pasukan Perancis untuk berperang dalam peperangan Patay dengan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Sir John Fastolf. Dengan sigap dan cepat pasukan Perancis menyergap pasukan Inggris yang belum sempat mempersiapkan pertahanan.
Karena banyak menuai keberhasilan, nama Jeanne de’Arc mulai dikenal di Inggris dan keberadaan Jeanne sebagai perawan suci yang memimpin peperangan dibawah panji bertuliskan YESUS dan MARIA telah membuat pasukan Inggris menciut keberaniannya.

Kisah mujizat juga terjadi ketika pasukan Inggris mengalami bencana kelaparan di Troyes. Beberapa bulan sebelum Jeanne dan pasukannya datang, seorang biarawan pengelana bernama Richard berkhotbah tentang akhir dunia di Troyes. Biarawan itu menyarankan pasukan Inggris untuk menanam kacang-kacangan yang memiliki masa panen yang pendek. Ketika Jeanne dan pasukannya tiba di Troyes, masa panen pun tiba dan dari hasil panen itu, dapat mengatasi bencana kelaparan yang terjadi. Dari kejadian itu, pasukan Inggris mulai percaya bahwa Jeanne memang benar utusan Allah dan Jeanne disebut sebagai “yang diberkati”.
Setelah meraih banyak kemenangan atas Perancis, penderitaan Jeanne pun dimulai. Suatu hari, Jeanne ditangkap oleh pasukan Burgundi dan kemudian Jeanne dijual ke Inggris. Raja Charles VII tidak berusaha untuk menyelamatkan Jeanne sebagai ucapan terima kasih karena takut popularitas Jeanne akan menjadi ancaman bagi posisinya. Jeanne yang tidak bersalah itu dimasukkan ke dalam penjara dan setelah melewati persidangan yang penuh dengan intrik politik dan ketidakadilan, Jeanne pun dijatuhi hukuman mati.
Meskipun Jeanne buta huruf, tetapi ia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Hal ini terbukti ketika ia ditanya sebuah pertanyaan jebakan, “Apakah anda tahu bahwa anda berada dalam berkat Tuhan?” Lalu, Jeanne dengan bijak menjawab, “Jika tidak, semoga Tuhan menempatkan saya di sana dan jika iya, semoga Tuhan tetap memberkati saya.” Mendengar jawaban itu, mereka yang menginterogasinya merasa takjub dan menunda mengeksekusi Jeanne pada waktu itu.
Jeanne de’ Arc menemui ajalnya sebagai martir Kristus pada 30 Mei 1431 dengan cara diikatkan pada tiang tinggi dan dibakar sampai mati. Kata terakhirnya adalah, “YESUS”. Setelah perang berakhir, Paus Kalistus III membuka kembali pengadilan untuk menuntaskan kasus Jeanne de’Arc. Proses ini melibatkan banyak pihak dari Eropa dan mengikuti prosedur standar pengadilan pada saat itu. Lalu, para ahli teologi menganalisis 115 kesaksian dari para saksi mata. Kesimpulan dari pengadilan keluar pada bulan Juni 1456 dengan menyatakan bahwa Jeanne de’Arc tidak bersalah dan Jeanne dihukum mati hanya demi balas dendam politik. Dengan adanya pernyataan tersebut, Jeanne de’Arc resmi dinyatakan tidak bersalah pada 7 Juli 1456. Kemudian, Jeanne de’Arc dibeatifikasi 11 April 1905 oleh Paus Santo Pius X dan dikanonisasi 16 Mei 1920 oleh Paus Benediktus XV.
