
Hippolitus lahir dan hidup pada abad ke 3 yang berasal dari Roma, Italia. Pada mulanya, ia adalah tentara kerajaan Romawi yang bertugas menjaga para tawanan Kristen yang ditangkap pada masa pemerintahan Kaisar Maximinus. Melihat iman para tahanan Kristen yang luar biasa, telah menyentuh hati Hippolitus untuk bertobat dan menyerahkan dirinya untuk dibaptis. Lalu, Hippolitus meninggalkan dinas militernya dan belajar iman Kristiani, sampai ia ditahbiskan menjadi seorang imam.

Sebagai seorang imam, ia menulis banyak karya tentang teologi dan melayani sebagai seorang pengajar yang sangat hebat. Karena latar belakang militernya, Hippolitus merasa kecewa dengan kepemimpinan Paus Pontianus dan beberapa paus sebelumnya yang tidak tegas dan kurang cepat menanggapi orang-orang yang menyebarkan ajaran sesat. Dibalik itu, Hippolitus juga mempunyai beberapa pengikut dan mereka mendesak Hippolitus agar mau diangkat menjadi paus tandingan. Hippolitus pun menyetujuinya dan ia pun memutuskan hubungannya dengan Gereja Katolik.
Ketika penganiayaan dimulai, Hippolitus ditangkap dan dibuang ke Sardinia. Ditengah penderitaan, ditertawakan oleh para musuh umat Kristiani, karya mujizat penyembuhan pun terjadi. Di pembuangan itu, Hippolitus bertemu dengan Paus Pontianus yang menunjukkan semangat kerendahan hati. Tersentuh dengan sikap Paus Pontianus itu, Hippolitus pun bersujud mohon ampun dan mohon diizinkan untuk kembali ke pelukan Gereja Katolik. Disaat yang sama, ia merasakan semua rasa marah dan kecewanya kepada paus pun diambil dari hatinya. Paus Pontianus pun memahami Hipppolitus dan mengasihinya dengan saling memberikan bantuan, serta saling menguatkan dalam Kristus.
Hippolitus meninggal dunia sebagai martir Kristus dengan cara tangan-kakinya diikat pada 4 ekor kuda. Lalu, 4 kuda itu dipacu ke 4 arah yang berbeda, sehingga tubuhnya koyak dan terbagi menjadi 4 bagian.
